Biografi Singkat Mohammad Yamin
Mohammad Yamin
Pasti kita pernah melihat entah nama
jalan, nama gedung, buku, atau cerita dari orang-orang tentang nama Mohammad
Yamin. Ketika sekolah, ketika belajar tentang pendidikan kewarganegaraan kita
juga sering mendengar nama Mohammad Yamin.
Berikut adalah biografi singkat tentang Mohammad Yamin.
Biografi Mohammad Yamin
Latar
Belakang
Mohammad Yamin lahir di Sawahlunto,
Sumatra Barat pada 24 Agustus 1903. Ia menikah dengan Raden Ajeng Sundari
Mertoatmadjo. Salah seorang anaknya yang dikenal, yaitu Rahadijan Yamin.
Riwayat
Pendidikan
Mohammad Yamin termasuk salah satu
orang yang beruntung pada masa itu karena ia dapat menempuh pendidikan menengah
dan tinggi. Pendidikan yang ia terima antara lain Hollands inlands School (HIS)
di Palembang, tercatat sebagai peserta kursus pada Lembaga Pendidikan
Peternakan dan Pertanian di Cisarua, Bogor, Algemene Middelbare School (AMS)
‘Sekolah Menengah Umum’ di Yogya, dan HIS di Jakarta.
Karir
Mohammad Yamin mulai terjun ke dalam
dunia politik ketika ia masih menempuh pendidkan. Organisasi yang pernah
dipimpinnya antara lain adalah Jong Sumatraen Bond ‘Organisasi pemuda Sumatra’
pada tahun 1926-1928. Ia mencipatakan karya-karya yang mengandun ajakan
persatuan seperti ‘Tanah air’ dan ‘Tumpah darahku’.
Mohammad Yamin juga berperan penting
dalam Sumpah Pemuda dimana ia juga ikut meyusun ikrar Sumpah Pemuda. ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan
pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa
Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional
Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, beliau mendesak supaya Bahasa
Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan,
Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan
Indonesia.
Mohammad Yamin juga pernah bergabung
dalam Partai Indonesia dan ketika partindo dibubarkan, beliau bersama dengan Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin,
ia mendirika Gerakan Rakyat Indonesia. Pada tahun 1939, beliau terpilih menjadi
anggota Volksraad.
Masa Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Yamin bergabung
dengan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) yakni organisasi nasional yang dibentuk
oleh Jepang. Beliau juga bergabung dalam BPUPKI. Dalam BPUPKI sendiri, ia juga memiliki banyak peran dalam sidang
BPUPKI. Beliau berpendapat bahwa hak asasi manusia harus masuk dalam konstitusi
negara. Beliau juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan,
mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timur Portugis, serta semua
wilayah Hindia Belanda.
Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, Mohammad Yamin menduduki
beberapa jabatan penting negara antara
lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri
Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya
(1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), Ketua Dewan
Pengawas IKBN Antara(1961–1962) dan Menteri
Penerangan (1962-1963).
Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Mohammad
Yamin pernah membebaskan tahanan politik sekitar 950 orang yang dicap
komunis dan sosialis tanpa grasi dan
remisi yang membuatnya menjadi kritikan banyak anggota DPR. Namun beliau berani
bertanggungjawab atas tindakannya. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian
univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Diantara
perguruan tinggi yang ia dirikan adalah Universitas
Andalas di Padang, Sumatera Barat.
Keluarga
Pada tahun 1937,
Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari
Kadingalu, Demak, Jawa Tengah. Mereka dikaruniai satu
orang putra, Dang Rahadian Sinayangish Yamin. Pada tahun 1969, Dian
melangsungkan pernikahan dengan Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo, putri tertua dari Mangkunegoro VIII.
Akhir Hayat
M. Yamin meninggal pada
tanggal 17 Oktober 1962. Beliau wafat di Jakarta dan dimakamkan di desa Talawi,
Kabupaten Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia meninggal ketika ia menjabat sebagai
Menteri Penerangan. M. Yamin dianugerahi gelar pahlawanan nasional pada tahun
1973 sesuai dengan SK Presiden RI No. 088/TK/1973.
Karya-Karya
- Tanah Air (puisi), 1922
- Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
- Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama),
1932
- Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
- Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
- Tan Malaka, 1945
- Gadjah Mada (novel), 1948
- Sapta Dharma, 1950
- Revolusi Amerika, 1951
- Proklamasi dan Konstitusi Republik
Indonesia, 1951
- Bumi Siliwangi (Soneta), 1954
- Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
- Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang
Demokrasi, 1956
- 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
- Naskah Persiapan Undang-undang Dasar,
1960, 3 jilid
- Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
Penghargaan
- Bintang Mahaputra RI, tanda
penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan
bangsa
- Tanda penghargaan dari Corps
Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma
Corps
- Tanda penghargaan Panglima
Kostrad atas jasanya menciptakan Pataka Komando Cadangan
Strategis Angkatan Dara
Terima kasih sudah
menyempatkan waktunya untuk membaca, mohon maaf jika isinya kurang mudah
dipahami atau mungkin kurang mendetail.
Ini juga referensi yang
saya pakai dalam membuat tulisan ini
https://id.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Yamin
https://www.biografiku.com/biografi-muhammad-yamin/
http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/biografi-mohammad-yamin
M Harisun Ni'am
XI IPA 7/09
Komentar
Posting Komentar